http://puskesmaskampungbaru.gmail.com/

Senin, 02 November 2009

LOKAKARYA MINI

Lokakarya Mini Puskesmas merupakan sarana Evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan pada bulan yang lalu. Hambatan yang di temui terhadap Pencapaian Target Cakupan Program, serta membuat Rencana kerja baru untuk bulan yang akan datang atau POA. (Depkes RI. 1990/1991). Melalui Pelaksanaan Lokakarya Mini Puskesmas secara teratur oleh setiap Puskesmas diharapkan prestasi kerja Puskesmas meningkat. Melalui penghitungan beban kerja, pembagian tugas dan tanggung jawab wilayah kerja antar petugas Puskesmas dapat di ketahui kebutuhan tenaga secara rasional, kerjasama lintas Program menjadi lebih serasi, dengan mempertimbangkan aspek kegiatan yang memberi manfaat bersama. Peran serta masyarakat dapat ditingkatkan melalui Penggerakan Masyarakat yang di lakukan oleh setiap petugas Puskesmas dan dipantau tiap bulan. Motivasi kerja petugas menjadi lebih baik karena dilibatkan sejak menetapkan masalah, memecahkan dan melaksanakannya. Mutu pelayanan menjadi lebih baik karena hasil kerjanya di pantau tiap bulan dan petugas Puskesmas dapat mengikuti perkembangan Program dan strategi pelaksanaan Program mutakhir (Depkes RI. 1993).
Program kesehatan dasar Puskesmas adalah program yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia serta mempunyai daya ungkit tinggi dalam mengatasi permasalahan kesehatan nasional dan internasional yang berkaitan dengan kesakitan, kecacatan dan kematian. Program kesehatan dasar tersebut ada 6 (enam) kegiatan (Depkes dan Kessos RI, 2001)

BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah )

Bulan November merupakan bulan imunisasi bagi anak sekolah SD kelas 1 s/d kelas 6,tujuannya agar anak sekolah mempunyai pertahanan, dan kekebalan tubuh terhadap penyakit. ini diadakan serentak dalam wilayah kerja Puskesmas.

Desa Siaga

Kampung Baru telah melaksanakan kegiatan Desa Siaga,adapun kegiatan yang dilakukan pertama pertmuan tingkat desa, survei mawas diri, musyawarah masyarakat desa (MMD)

Minggu, 01 November 2009

FILARIA

Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dengan vektor berbagai jenis nyamuk. Filariasis merupakan penyebab utama kecacatan, stigma sosial, hambatan psikososial yang menetap dan menurunkan produktivitas individu, keluarga dan masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar (Depkes, 2002)
Menurut World Health Organization WHO (2004), diperkirakan 120 juta penduduk dunia yang tersebar di 80 negara telah terinfeksi filariasis, dan 1 milyar penduduk (20%) mempunyai risiko terinfeksi filariasis. Di Asia Tenggara, diperkirakan 700 juta penduduk tinggal di daerah endemis filariasis dan 60 juta orang telah terinfeksi filariasis.
Filariasis tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di beberapa daerah endemisitasnya cukup tinggi. Menurut Isrin (1990) di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 500 daerah filariasis. Berdasarkan hasil survai cepat tahun 2000, jumlah penderita kronis yang dilaporkan sebanyak 6500 orang tersebar di 1.553 desa, 231 kabupaten dan 26 propinsi. Data ini belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena hanya 42% dari Puskesmas yang menyampaikan laporan. Berdasarkan hasil survai darah jari pada tahun 1999 tingkat endemisitas filariasis masih tinggi yaitu rata-rata Mf rate 3,1% dengan rentangan 0,5 – 19,64% (Depkes, 2002).
Dari hasil penelitian di Propinsi Jambi tentang nyamuk vektor filariasis, terdapat 3 spesies utama genus Mansonia yang berlaku sebagai vektor dominan penularan filariasis yaitu: Ma uniformis, Ma indiana, dan Ma anulifera (Depkes, 2004). Mansonia dengan sifat zoofilik dan antropofilik, akan menjadikan manusia dan hewan seperti kucing, kera dan lutung sebagai hospes (Sudjadi, 1998).
Di Propinsi Jambi, dari tahun 2002 – 2005, dilaporkan kasus filariasis mengalami peningkatan yaitu tahun 2002 sebanyak 127 penderita, 2003 sebanyak 127 penderita, tahun 2004 sebanyak 129 penderita dan tahun 2005 sebanyak 139 penderita. Apabila diurutkan dari 10 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Jambi, maka Kabupaten Tanjung Jabung Barat menduduki urutan ke 3 (tiga) dengan jumlah penderita 7 (tujuh) orang, setelah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan jumlah penderita 90 (sembilan puluh) orang, dan Kabupaten Batang Hari dengan jumlah penderita 60 (enam puluh) orang, yang secara geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Dinas Kesehatan Prop Jambi, 2005).
Berdasarkan hasil survei cepat (rapid survey) dengan kuesioner tahun 2004, jumlah penderita kronis yang dilaporkan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 18 orang tersebar di 8 desa dalam 3 kecamatan yaitu Tungkal Ilir, Tungkal Ulu, Pengabuan. Namun demikian, hal ini belum menggambarkan situasi yang sebenarnya, terbukti dari hasil kegiatan sosialisasi yang diadakan di Kecamatan Merlung dilaporkan suspect 2 orang sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 20 orang. Dari semua penderita yang dilaporkan tersebut telah dilaksanakan investigasi terhadap 14 orang dan dinyatakan menderita elephantiasis (Dinkes TanJab Barat 2006).
Survei cepat tersebut diikuti dengan survei sediaan darah jari yang dilakukan di Kecamatan Tungkal Ulu dan Tungkal Ilir dengan memeriksa 607 sediaan ditemukan 11 orang dengan sediaan darah positif mengandung mikrofilaria di dalam darahnya tanpa mengalami gejala filariasis. Jumlah yang positif mengandung mikrofilaria dalam darah ini diasumsikan akan meningkat apabila dilaksanakan survei sediaan darah pada populasi yang lebih besar (Dinkes Tanjung Jabung Barat, 2005). Pada akhir 2006 dilakukan pemeriksaan 1074 sediaan darah jari dalam 2 desa di Kecamatan Tungkal Ulu, didapatkan 28 orang dengan sediaan darah positif mengandung mikrofilaria (Mf rate 2,63%) (Dinkes Tanjung Jabung Barat, 2006).
Secara garis besar keadaan daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri atas dua bagian yang terdiri dari daerah pasang surut dengan keadaan tanah berawa gambut yang terletak pada bagian timur dan bagian barat merupakan daerah dataran rendah berupa hutan untuk tanaman industri dan hutan yang belum diolah. Transportasi sebagian besar menggunakan transpor air dan jalan kaki terutama daerah sulit atau terpencil.
Penyakit filariasis yang disebabkan oleh mikrofilariasis dan dominan ditularkan oleh nyamuk Mansonia Potensial menimbulkan masalah kesehatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan adanya beberapa faktor. Sebagian besar daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan permukaan tanah dengan genangan air disertai tumbuhan dan tempat tersebut merupakan tempat perindukan potensial bagi nyamuk Mansonia. Terdapat sumber penularan dengan Mikrofilaria rate 1,52% berdasarkan hasil survey di Kuala Tungkal Kecamatan Tungkal Ilir dan Ds. Pematang Pauh Kec. Tungkal Ulu. Mobilisasi masyarakat yang relative tinggi serta pertumbuhan sosial ekonomi yang pesat secara tak langsung akan meningkatkan kelompok masyarakat yang rentan terhadap penularan penyakit filariasis(Mahdiniansyah, 2002).
Sesuai dengan kebijakan WHO, maka kegiatan pemberantasan penyakit filariasis di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berpedoman pada unsur utama eliminasi penyakit filariasis, Pengobatan masal untuk memutuskan rantai penularan penyakit filariasis.
Puskesmas Suban merupakan salah satu Puskesmas dalam wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, hasil kegiatan program filariasis dari tahun 2005-2007 masih belum mencapai target (90%) dari jumlah sasaran secara keseluruhan. Walaupun angka cakupan Puskesmas sudah memenuhi target tetapi beberapa desa masih belum mencapai cakupan yang ditargetkan. Adapun desa tersebut adalah desa Lubuk Bernai, Tanjung Bojo dan Dusun Kebun
Desa Lubuk Bernai merupakan desa dalam wilayah kerja Puskesmas Suban secara geografis sulit di tempuh apabila dalam kondisi musim penghujan,sarana yang ada terutama fasilitas kesehatan masih kurang Desa Lubuk Bernai termasuk kriteria desa yang sangat terpencil dibandingkan dengan desa- desa lain dalam wilayah kerja Puskesmas Suban. Desa Dusun Kebun dan Tanjung Bojo yang memiliki sarana dan prasarana yang masih terbatas seperti tenaga dan fasilitas kesehatan.
desa (desa Lubuk Bernai) belum memenuhi pencapaian target pengobatan filariasis yang dipersyaratkan secara Nasional, sehingga masih perlu kajian/evaluasi terhadap pencapaian target program filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Pengobatan masal eliminasi filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban telah berjalan selama 3(tiga) tahun, dari hasil cakupan pengobatan Massal filariasis terutama tahun 2005 terjadi penurunan, hal ini terlihat dari data tahun 2005 ( 45,18% ), tahun 2006 ( 78,9% ), tahun 2007 ( 85,6% ) dari jumlah penduduk/persasaran. Sedangkan sasaran pengobatan Massal filariasis > 90% dari jumlah sasaran filariasis, oleh karna itu maka di perlukan suatu kajian yang mendalam untuk mendapatkan gambaran secara rinci tentang pelaksanaan program pengobatan massal filariasis tersebut serta masalah dan hambatannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, belum tercapainya target pengobatan massal program eliminasi filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan keadaan yang terbatas merupakan masalah yang perlu atau menarik untuk dikaji dan diketahui. Oleh karena itu diajukan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: “belum diketahuinya gambaran pelaksanaan kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2007”.
1.3. Pertanyaan penelitian
1.3.1. Bagaimana gambaran input pelaksanaan program filariasis di wilayah
kerja Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang meliputi Tenaga, Dana, dan Sarana tahun 2007
1.3.2. Bagaimana gambaran proses pelaksanaan pengobatan massal program eliminasi filariasis yang meliputi: Sosialisasi kegiatan program eliminasi filariasis, Pelatihan kader oleh tenaga kesehatan, Pemberian obat kepada masyarakat, dan Evaluasi kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis di Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2007.
1.3.3. Bagaimana gambaran Output pelaksanaan kegiatan program filariasis
yang meliputi Cakupan pengobatan massal program eliminasi filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat
1.3.4. Apa saja hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan pengobatan missal program eliminasi filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2007.
1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum.
Diketahuinya gambaran pelaksanaan pengobatan massal program eliminasi filariasis di Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2007
1.4.2. Tujuan khusus:
1.Diketahuinya gambaran Input (tenaga, sarana dan dana) dalam pelaksanaan pengobatan massal program eliminasi filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2007.
2. Diketahuinya gambaran proses pelaksanaan pengobatan massal program eliminasi filariasis yang meliputi: Sosialisasi kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis, Pelatihan kader oleh tenaga kesehatan, Pemberian obat kepada masyarakat, dan Evaluasi kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2007.
3. Diketahuinya gambaran Output pelaksanaan kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis yang meliputi Cakupan pengobatan pengobatan massal program eliminasi filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2007.
4. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan pengobatan massal program eliminasi filariasis di wilayah kerja Puskesmas Suban Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2007.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Sebagai masukan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis dan sebagai bahan untuk perbaikan pelaksanaan program ke depan.
1.5.2. Bagi Puskesmas Suban
Menjadi masukan Puskesmas untuk terus melaksanakan kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis dalam rangka evaluasi diri dan mengetahui kendala dalam pelaksanaan pengobatan massal program eliminasi filariasis dan bahan perencanaan
1.5.3. Bagi Akademik ( STIKES HI Jambi )
Sebagai informasi sejauh mana mahasiswa yang mengikuti program pendidikan sarjana Kesehatan Masyarakat dapat mengaplikasikan ilmunya sesuai kompetensi yang di inginkan Akademik yaitu memecahkan masalah kesehatan masyarakat dengan melakukan analisa situasi, perencanaan, pengorganisasian dan penilaian program kesehatan.
1.5.4. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengalaman yang bermanfaat dalam menerapkan teori Managemen terutama dalam kegiatan pelaksanaan pengobatan massal program eliminasi filariasis di Puskesmas Suban Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitan ini merupakan penelitian kualitatif untuk melihat gambaran pelaksanaan pengobatan massal program eliminasi filariasis dan hambatannya di Puskesmas Suban Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2008. Ruang lingkup penelitian ini meliputi: Input (Tenaga, Dana, Sarana), Proses (Sosialisasi kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis), Pelatihan kader oleh tenaga kesehatan, Pemberian obat kepada masyarakat, dan Evaluasi kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis, Output (Angka cakupan kegiatan pengobatan massal program eliminasi filariasis). Informan dalam penelitian ini berjumlah 18 orang, sedangkan alat bantu dalam penelitian adalah panduan wawancara mendalam, panduan diskusi kelompok, panduan telaah dokumen, panduan observasi, alat tulis dan perekam suara (tape recorder).

Pengikut